Seperti saya yang orang Jawa tulen, Hubby saya bisa dibilang Jepang tulen. Meskipun hanya empat tahun tinggal di negara aslinya dan lebih dari 80% usianya dihabiskan di Eropa (Inggris dan Jerman), sekali waktu dia kangen dengan makanan-makanan khas negaranya. Sushi dan sashimi memang kami berdua doyan banget dan gampang sekali ditemukan di restoran-restoran Jepang seantero Bali, tapi makanan 'rumah', memang selalu membuat kangen. Biasanya kami makan di warung 'Tensaki ramen' di daerah sesetan (dekat sanur), menu yang selalu dia pesan pastilah 'omurice' itu semacam nasi goreng a la Jepang yang dibungkus omelet telur tawar dan disantap dengan saos tomat. katanya makanan itu mengingatkannya akan masa kecilnya dulu. Alternatif lain, biasanya kami ke kedai makanan Cina (masih di daerah sekitar sesetan) dan dia pasti selalu pesan dumpling - yang kalau di Cina namanya jadi wotiek atau Gyoza kalau di Jepang. Selain dua kedai itu, kami suka belanja sayuran di Papaya supermarket yang jualan bahan-bahan masakan a la Jepang, seperti Umeboshi, nori, dan teman-temannya. 'Umeboshi' itu sejenis acar buah plum yang rasanya asam sekalis, dimakan bersama bubur beras. Aneh menurut saya, karena kan biasanya orang makan bubur dengan pendamping yang gurih-gurih semacam cakue, ayam, abon, dan sejenisnya. Lah dia makan bubur beras ala Jawa buatan saya (yang bau daun salamnya semerbak sekali) dengan umeboshi yang kecut itu. Ya sudahlah, lidahnya dia memang sedikit aneh. Dia bilang itu kolaborasi bubur Jawa dan bubur Jepang. Haahahaha!
Meskipun di Papaya juga menyediakan macam-macam bento (lunch box) masakan a la Jepang dengan berbagai variasi isinya, sekali waktu dia tergoda juga membuat sendiri masakan ala negaranya (saya tahu, pastilah niatnya cuma buat pemerin ke saya bahwa dia juga sekarang bisa masak!) Hahahaha! Yang saya bahas kali ini adalah Gyoza, yang juga disebut wotiek atau dumpling mengingat ini adalah salah satu makanan favoritnya dia.
Dan inilah Gyoza buatan dia :
Mulanya saya tanya, gimana cara bikinnya kok bisa bagus gitu? Penampakannya emang sudah mirip dumpling yang biasa kami makan, dan rasanya juga sudah mirip. Dasarannya dia emang lagi pamer, dia gak mau ngasih tau. Didesak-desak, gak kasi tahu. Terpaksa, keluarin jurus andalan. Ngancam ngumpetin remote TV supaya dia gak bisa nonton piala dunia, baru deh dia nyerah.
Dan beginilah kira-kira resepnya.
Bahan-bahan yang diperlukan:
- Kulit Gyoza (bisa dibeli di supermarket penyuplai bahan makanan Jepang, misalnya Papaya)
- 250 gr ayam cincang
- 200 gr kol
- Kucai 2 batang, cincang
- 3 siung bawang putih, cincang
- Jahe seukuran ibu jari, parut
- 1 buah jamur Shitake
- Setengah batang daun prei, cincang
- Garam dan merica
- 1 sdm saus tiram
- 1 sdm tepung maizena
- 1/2 sdt penyedap rasa (bisa pakai Royco atau Masako)
- 1 sdm kecap Jepang- biasanya merk Kikoman (atau bisa juga pakai kecap asin)
- 1 sdm minyak wijen
- 1/2 sdt gula
Cara membuatnya:
- Campur semua bahan kecuali kulit jadi satu, aduk sampai rata. Simpan di lemari es sekitar 1 jam.
- Taruh 1 sdm adonan di atas kulit, rekatkan ujungnya dengan air, lipit-lipit bagian luarnya.
- Kukus dumpling yang sudah terlipat selama 5 menit. Angkat dan tiriskan.
- Siapkan wajan dadar, beri sedikit minyak, panaskan. Tata dumpling di atasnya, goreng hingga permukaan menjadi agak kering (sekitar 5 menit).
- Begitu dumpling mengering, tuangkan 80 ml air panas, tunggu sekitar 5 menit hingga air menyusut.
- Perciki minyak wijen supaya dasar dumpling agak mengering dan sedikit gosong.
Kalau mau, bisa sekalian disiapkan saus untuk cocolannya.
Bahannya:
- 1 sdm kecap jepang
- 1/2 sdt dashinomoto
- beberapa tetes chili oil
- 1/2 sdm cuka
Campur saja semuanya jadi satu. Jadi deh!
(Dasarannya saya ini lidah Jawa yang gak biasa makan pakai cuka, saya makan Gyozanya pakai mayones. Enak tuh!)
Ada yang mau nyoba?
Comments
Post a Comment